Selasa, 19 Februari 2013

Kekuatan Alutsista TNI Bikin Tetangga Geram

Adalah Menhan Purnomo secara lantang menyatakan Untuk membangun pertahanan negara membutuhkan anggaran yang cukup besar, namun besarnya biaya itu tidak semahal dengan kehormatan dan harga diri bangsa. Negara yang besar harus didukung dengan pertahanan yang kuat agar bangsa ini tidak dirongrong, baik dari dalam maupun dari luar. Untuk membangun kekuatan udara NKRI, Indonesia akan melengkapi skuadron tempurnya dengan 10 skuadron dengan kekuatan 180 pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia untuk 10 tahun kedepan.
Statemen ini seperti petir di siang bolong yang membuat petinggi militer negara tetangga terutama Malaysia, Singapura dan Australia menjadi gerah dan gelisah. Selama pekan-pekan ini semua situs militer dan forum militer di dunia maya berdiskusi hangat membahas pembangunan kekuatan militer Indonesia secara besar-besaran. Kalimat utamanya adalah kaget, ada apa gerangan, mengapa tiba-tiba, mau dibawa kemana hubungan kita (kata Armada Band), lalu mereka mulai berhitung ulang dengan inventory arsenalnya.
Geliat perkuatan militer Indonesia secara terpadu mulai terlihat ketika kasus Ambalat pada tahun 2005 menghina harga diri bangsa oleh sebuah negara yang mengaku serumpun tapi arogan, Malaysia. Sesungguhnya itulah titik awal kebangkitan militer Indonesia bersamaan dengan tekad TNI menjadi tentara profesional pengawal NKRI dan tidak lagi terjun dalam dunia politik dalam negeri yang belum dewasa dalam berdemokrasi sampai saat ini.
Belakangan pembangunan kekuatan militer China, India dan Australia menjadi sebab utama mengapa negara kepulauan ini harus memperkuat tentaranya dengan arsenal modern. Menhan Purnomo mengatakan belanja alutsista Indonesia selama lima tahun ke depan berjumlah US$ 16,7 milyar atau setara dengan Rp 150 trilyun, sebuah angka yang fantastik yang mampu membangunkan rasa percaya diri bagi seluruh anak bangsa yang cinta NKRI. Pemerintah oke, DPR juga, apalagi kalau rakyat ditanya dijamin pasti setuju banget. Soalnya selama satu dekade ini kalau bicara alutsista kesan dan pesannya mirip lagu nelongso, minim anggaran, terbentur anggaran, prioritas ekonomi, harus banyak puasa aparat TNI sambil mengelus dada. Sabar ya nduk, kata bapak kandungnya TNI, ya rakyat, ya pemerintah. Nah sekarang TNI sudah berbuka puasa dan menunya sangat beragam, ada PKR, ada Sukhoi, ada Kapal Selam, ada Rudal, ada Panser, bermacam-macam dah.
Apa yang bisa dibelanjakan dengan duit 150 trilyun rupiah itu dalam lima tahun ke depan. Pasti banyak dong dan plaza atau mall arsenal berbagai negara pada sibuk menjajakan diri untuk kerjasama, kerja bareng dan kerja repot menghabiskan dana segar dan banyak itu. Namanya juga gula, pasti banyak semut berdatangan dengan wajah manis untuk kerja bareng memproduksi alutsista di tanah air atau menawarkan produknya yang terbaru.
Kalau kita berandai-andai, setidaknya inilah arsenal yang segera mengisi depot-depot militer Indonesia sampai tahun 2015:
Alutsista Utama TNI AU :
4 Skuadron (64 unit) Sukhoi
2 Skuadron (32 unit) F16
2 Skuadron (36 unit) Hawk100/200
1 Skuadron (12 unit) F5E
1 Skuadron (16 unit) Super Tucano
1 Skuadron (16 unit) Yak 130
2 Skuadron ( 36 unit ) UAV
4 Skuadron (64)Hercules
7 Batteray Hanud Area
Alutsista Utama Angkatan Laut :
KRI PKR Fregat 32 unit
KRI Korvet 56 unit
KRI Kapal Cepat Rudal 82 unit
KRI Kapal Patroli Cepat 87 unit
KRI Kapal Selam 6 unit
KRI logistik dan angkut pasukan LPD, LST 48 unit
Kekuatan armada angkatan laut akan ditambah menjadi 3armada yaitu Armada Barat berpusat di Tanjungpinang, Natuna dan Belawan, Armada Tengah berpusat di Surabaya, Makassar dan Tarakan, Armada Timut berpusat di Ambon Merauke dan Kupang. Kekuatan Marinir diproyeksi akan mencapai 60 ribu pasukan dan disebar diberbagai pangkalan angkatan laut. Kekuatan persenjataan marinir meliputi 350 Tank BMP 3F terbaru, 175Tank amphibi eksisting, 320panser amphibi eksisting, 800rudal QW3, 40 RM Grad, 75 Howitzer.
Alutsista Utama Angkatan Darat :
Pasukan Kostrad 3 divisi
Pasukan Pemukul Kodam 150 Batalyon
Main Battle Tank 200 unit ditempatkan di Kalimantan dan NTT.
Panser Pindad APC 540 unit untuk batalyon infantri mekanis
Panser Canon 320 unit
Meriam dan Howitzer artileri 890 unit
Roket NDL 720 unit
Tank dan Panser eksisting berjumlah 750 unit.
20 Heli tempur Mi35
26 Heli angkut Mi17
95 Heli tempur jenis lain
1300 Rudal anti tank
60 Hanud titik dengan rudal terbaru
700 Rudal strategis Pindad-Lapan
Angkatan Udara dan Angkatan Laut adalah yang terbesar menyerap alokasi anggaran alutsista mengingat banyaknya alutsista yang dibangun dikembangkan dan dibeli dengan teknologi terkini. Pembuatan 10PKR light Fregat yang sedang dibangun PT PAL setidaknya menghabiskan dana US $ 2,5milyar. Pembuatan 4 kapal selam ditaksir menghabiskan dana US $2 milyar. Tambahan skuadron tempur Sukhoi dan F16 berikut arsenalnya diprediksi menyerap anggaran US $ 6 milyar.
Angkatan Udara akan menempatkan skuadron-skuadron tempurnya di Medan (1skuadron F16), Pangkal Pinang (1Skuadron Sukhoi) dan Madiun (2Skuadron Sukhoi). Eksisting yang sudah ada 1 Skuadron Sukhoi di Makassar, 1 Skuadron F16 di Madiun, 1 Skuadron F5E di Madiun, 1 Skuadron Hawk di Pekan Baru dan 1 Skuadron di Pontianak. Dengan masuknya arsenal baru terjadi pergeseran lokasi skuadron, Tarakan mendapat 8 SuperTucano dan 8Hawk, Malang 8 SuperTucano, Yogya 16 Yak130. Skuadron F16di Madiun digeser ke Kupang dan F5E digeser ke Biak dan Timika.
Membaca peta arsenal ini saja jiran sebelah terutama Malaysia, Singapura dan Australia dijamin berkeringat apalagi jika lima tahun ke depan sudah menjadi kenyataan, bisa-bisa tak bisa tidur mereka. Namun bagi sebuah negara besar seperti NKRI, wajar saja diperlukan alutsista dalam jumlah besar untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan bangsa, agar negara lain tidak terus menerus meremehkan kekuatan pengawal republik kita. Yang jelas dalam pembangunan kekuatan milter ini semuanya ditujukan untuk mempertahankan kedaulatan NKRI dari ancaman pihak manapun, setidaknya mereka akan berhitung ulang jika ingin melecehkan teritori Indonesia.

Iran Mampu Buat Rudal Balistik Antar Benua

Komandan senior Iran mengatakan jarak antara Iran dan Israel adalah jangkauan maksimum untuk rudal-rudal Tehran, dan mengatakan bahwa Iran tidak membutuhkan rudal-rudal balistik antar benua yang melebihi jangkauan tersebut.


"Kita tidak memerlukan rudal dengan lebih dari 2000km, tapi kami mempunyai teknologi untuk membangun rudal-rudal tersebut," kata Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Angakatan Udara Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh kepada wartawan di Tehran, Senin, 10/12/12.

"Israel adalah range target terpanjang kami," lanjutnya.

Pernyataan Hajizadeh itu datang beberapa hari setelah laporan dari pejabat AS yang disampaikan kepada Kongres dan menyatakan bahwa Iran akan memperoleh rudal balistik antar benua pada tahun 2015.

Laporan ini oleh badan-badan intelijen AS dipertegas, bahwa Iran bisa menguji coba rudal balistik antar benua, atau ICBM, pada tahun 2015 jika menerima "bantuan asing yang memadai."

"Namun hal ini masih belum jelas apakah rudal Iran mampu mencapai kemampuan ICBM pada tahun 2015," kata laporan yang disusun oleh "non-partisan Congressional Research Service", yang bekerja khusus untuk anggota parlemen.

Sementara itu para pejabat Iran selalu menekankan bahwa program militer dan senjata Iran hanya bersifat defensif.

Para pejabat Israel baru-baru ini memegavonkan retorika perang mereka terhadap Iran.

Namun sebagai tanggapan, pejabat Iran balik memperingatkan rezim Zionis Iran akan membalas dan dipastikan tidak ada yang akan tersisa dari Israel dan kepentingannya seluruh dunia. [Islam Times/on]

Senin, 18 Februari 2013

Panser Anoa, Alat Tempur "Matic" Buatan Pindad

Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) produksi dalam negeri kini mulai diminati negara-negara luar negeri. Salah satu produsen dalam negeri paling dilirik adalah PT Pindad (Persero).

Menurut Kepala Sekretaris Perusahaan PT Pindad, Iwan Kusdiana, PT Pindad memproduksi sejumlah peralatan, di antaranya senjata, munisi, dan panser. Salah satu paling diminati selain senjata, adalah Panser Anoa.

Iwan menjelaskan, Panser Anoa buatan PT Pindad ini dibuat dengan mesin automatic. "Ini sudah matic. Jadi seperti kita mengendarai Honda Jazz atau lainnya posisi di D itu dia sudah jalan sendiri. Mesinnya kita pakai Renault, transmisinya ZR, sehingga bisa dikendarai dengan sistem otomatis," kata Iwan di PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Selasa 16 Oktober 2012.

Cuma bedanya, lanjut Iwan, bagaimana pun juga Panser Anoa merupakan kendaraan tempur, di mana saat melaju di medan-medan yang sangat extrem seperti di lumpur atau lainnya, maka tidak direkomendasikan di posisi D. "Kita rekomen posisi 1 atau 2 untuk menyeimbangkan dengan medannya," kata dia.

Iwan menjelaskan, mesin matic Panser Anoa bisa diatur dalam posisi full otomatis atau dibatasi gigi otomatisnya. "Jadi kalau di lokasi extrem dia bisa main di posisi 1 atau posisi 2, tidak perlu diatur sampai full otomatis," ujar dia.

Menurutnya, negara-negara luar memang menunjukkan ketertarikannya terhadap Panser Anoa ini. Dan PT Pindad juga akan melakukan kustomisasi sesuai permintaan negara berminat. "Misalnya Filipina, dia minta mesinnya pakai mesin Mercy. Jadi kita sesuaikan permintaan dia," kata dia.

Meski begitu, Iwan mengakui, belum ada satu negara pun yang sudah deal untuk membeli alutsista buatan PT Pindad, khususnya Panser Anoa. Semua masih dalam tahap penjajakan.

"Belum ada deal. Yang sudah ada deal itu cuma dari dalam negeri. Negara luar yang sudah penjajakan, itu Malaysia, kemarin dia minta 31 Panser Anoa. Brunei Darussalam 10 buah. Ada juga dari Irak. Kalau fix, nanti ada kontrak pembelian," ujar Iwan.

Anoa Paling Laris

Panser Anoa menjadi produksi PT Pindad yang paling laris terjual. Meski, pembelinya masih dalam negeri, seperti TNI dan Polri. Bahkan, karena Anoa ini, penjualan PT Pindad menjadi melambung. "Secara penjualan sedikit, tapi omzetnya besar. Kita sampai 2008, ada omzet Rp1,13 triliun. Karena itu penjualan PT Pindad didongkrak oleh penjualan Anoa," ujar Iwan.

"Itu omzet dalam negeri saja. Karena harga untuk luar negeri itu beda," ujarnya.

Pada tahun 2008, dia menambahkan, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe. Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC. "Tahun ini pesan 61 unit," kata dia.

"Tipe Anoa itu ada tipe APC, Ambulan, Recovery, Logistik, Amunisi. Itu sudah tersebar di berbagai Kodam. Siliwangi, Makassar, Timika, dan lain-lain," ujarnya.

Iwan menjelaskan, Panser Anoa memang digunakan untuk pengamanan juga. "Biasanya pengamanan tamu-tamu penting VVIP atau ada kunjungan Presiden keluar kota," ujar Iwan.

F16 TNI AU, Uncommon Stories

Selama ini F-16 Fighting Falcon dikenal sebagai pesawat yang telah menunjukkan kebolehannya dalam menjaga kedaulatan di udara. Buktinya tanggal 3 Juni 2003, sang elang berhasil menyergap pesawat militer asing di Laut Jawa. Peristiwa yang dikenal dengan Kasus Bawean ini seolah menyadarkan kita akan keberadaan pesawat buru sergap dalam menjaga kedaulatan di udara. Masih beberapa kasus pencegatan lagi dilakukan F-16. Karena bukan konsumsi publik, peristiwa ini hanya terekam dalam dokumentasi skadron dengan klasifikasi rahasia.
Bukan hanya lewat Kasus Bawean F-16 menghiasi halaman media masa. Sejak kedatangan Desember 1989, berbagai peristiwa penting telah dialami. Tengok medio 1996, enam pesawat F-16 yang dioperasikan Skadron Udara 3 tampil piawai sebagai tim aerobatik Elang Biru.  Lalu pada Juli  2000 dalam sebuah latihan rahasia di Lombok, berhasil menembakkan rudal AGM-65 Maverick di laut Jawa dalam keterbatasan sarana latihan.Urusan aerobatik masih terulang mesti keterbatasan mendera. Bergabung dengan tiga Hawk Mk-53 dan sebuah Hawk Mk-209, dua F-16 membentuk tim aerobatic Jupiter Blue. Tim ini tercatat sebagai tim aerobatik pertama di dunia memadukan tiga jenis pesawat dalam sebuah pertunjukkan. Sebelumnya AU Singapura hanya memadukan dua F-16 dengan empat A-4 Skyhawk dalam tim Black Night. Urusan perang kembali diulangi pada Oktober 2006. Beberapa rudal AIM-9P Sidewinder berhasil diluncurkan dan mengenai sasaran dengan telak, puluhan ribu kaki di atas langit Madiun.

Kemampuan tanguh
Sejujurnya pesawat F-16 ditempel ketat oleh Mirage 2000 sebelum dipilih TNI AU. Kemampuan lebih dan pengalaman tempur yang dimiliki F-16, menjadi dasar pemilihan. Sebut saja kemampuan tinggal landas dan mendarat pada landasan pendek, pernah dicoba dengan selamat dan aman. Saat itu satu flight F-16 mendarat di Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta dan Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang dalam latihan rutin tahun 2001.
Dengan ditenagai mesin Part & Whitney F100-PW.229 berdaya 24.000 lbs, pesawat ini mampu melesat pada kecepatan 2.173 km/jam (Mach 2). Selain itu, F-16 mampu menanjak dan berbelok sangat tajam pada rate of turn 19 derajat/detik dengan beban 9G serta mendarat dengan landing roll hanya sejauh 600 m pada kecepatan 155 knot. F-16 milik TNI AU secara khusus dilengkapi drag chute. Sungguh pesawat tempur sangat andal, dengan side control berbasis fly by wire.
Untuk kelanjutan pengabdiannya, TNI AU telah mendadani F-16 dengan program yang disebut Falcon Up. Intinya agar bisa lebih lama lagi dioperasikan, minimal tambah 10 tahun. Program yang dapat diselesaikan selama dua tahun untuk sepuluh pesawat ini, menjadi prestasi tersendiri tatkala pelaksanannya Skatek 042 Lanud Iswahjudi. Dengan enam tenaga asing yang bertindak sebagai supervisi, proyek selesai tepat waktu. Untuk test pilot ditangani penerbang kita. Biasanya program Falcon Up dipercayakan kepada Lockheed Martin. Namun dengan kemandirian yang prima, ternyata aturan itu tidak berlaku di Indonesia.
Upaya mempercantik pesawat juga pernah dilakukan. Utamanya mengubah warna dari Triple Spot Grey (1989) menjadi Falcon Colors (1996). Era milennium diubah lagi menjadi Millennium Color Scheme (2000), termasuk menambah pernik nose number dan tail flash.
Tidak selamanya pengabdian itu berjalan mulus. Selama 17 tahun itu juga ada pengorbanan. Dua pesawat telah jatuh sewaktu latihan rutin. Pertama di Tulungagung dan kedua di Halim. Kejadian terakhir menewaskan Kapten Pnb Dwi Sasongko.
Sejumlah insiden minor juga mewarnai perjalanan pesawat seharga 32 juta dollar AS.
Mengacu jenisnya (jet tempur), mestinya F-16 masuk Skadron Udara 16 (baru). Aturan dalam sistem penomoran skadron di TNI AU, kavling angka 11 hingga 19 diberikan kepada jet tempur (kecuali angka keramat 17 untuk Skadron VIP). Faktor sejarah dan kebanggaan memaksa F-16 dijadikan Skadron Udara 3 dengan menggeser OV-10 menjadi flight OV-10 sebelum menjadi Skadron Udara 1. Di Skadron Udara 1 pun, OV-10 tidak bertahan lama sebelum terpaksa menjadi Unit OV-10. Baru nanti tahun 2002, OV-10 menetap di Skadron Udara 21 sesuai kavling peruntukannya sebagai pembom. Skadron ini dulu dihuni pembom taktis Ilyusin 28.
Memang F-16 diperlakukan sangat istimewa. Selain menghuni Skadron Udara 3, kehadirannya juga menggeser hangar yang dihuni A-4 Skyhawk. Sebelum kedatangan sang Falcon, Skyhawk asal Skadron Udara 11 terpaksa hengkang ke Makassar dalam operasi Boyong-2 (1988). Operasi Boyong-1 adalah pemindahan Skadron Udara 12 (A-4) ke Pekanbaru tahun 1984.
Tugas tak kalah spektakuler yang pernah dilaksanakan F-16 adalah, mengawal pesawat kepresidenan dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta sebelum bertolak ke Venezuela di malam hari